Posted by : Al Barokah
Thursday, 26 January 2017
Kalau ada orang yang "bodoh", seharusnya diajari atau dibenarkan. Bukan malah dijadikan bahan tertawaan atau olok-olok saja. Jika tidak demikian, maka apa bedanya kita sama orang bodoh yang kita olok-olok tersebut?
Kalau ada
orang yang “bodoh”, seharusnya diajari atau dibenarkan. Bukan malah dijadikan
bahan tertawaan atau olok-olok saja. Jika tidak demikian, maka apa bedanya kita
sama orang bodoh yang kita olok-olok tersebut? Karena di antara sifat orang
bodoh itu adalah suka mengolok-olok atau mengejek orang lain.
Allah
berfirman mengisahkan Nabi Musa bersama kaumnya bani Israa’iil,
وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ إِنَّ اللَّهَ
يَأْمُرُكُمْ أَنْ تَذْبَحُوا بَقَرَةً قَالُوا أَتَتَّخِذُنَا هُزُوًا قَالَ
أَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ
“Dan
ingatlah tatkala Musa berkata kepada kaumnya, “Sesugguhnya Allah memerintahkan
kalian untuk menyembelih sapi betina.” Mereka berkata, “Apakah engkau
menjadikan kami sebagai bahan ejekan?” Musa berkata, “Aku berlindung kepada
Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang- orang yang jahil.” (Qs.
Al-Baqarah: 67)
Lebih parah
lagi, kita menjadi latah untuk meniru-niru perilaku orang yang kita jadikan
sebagai bahan tertawaan tersebut dalam status-status kita. Tujuannya paling
sekedar untuk mengundang tawa orang yang membacanya atau barangkali dalam
rangka menunjukkan dirinya lebih baik dari orang “bodoh” tersebut. Wallaahu
a’lam.
Adakalanya
memang orang yang bodoh itu tidak merasa dirinya bodoh. Yang model begini lebih
banyak. Akan tetapi tidak berarti harus ditanggapi dengan sebuah “kebodohan”
pula, yaitu dengan mengejeknya, atau mengolok-oloknya, menjadikannya sebagai
bahan tertawaan di mana-mana. Tidakkah kita ingat akan firman Allah yang
menjelaskan sifat-sifat “Hamba-hamba Ar-Rahmaan”? Bukankah Allah telah
mengajarkan kita bagaimana menghadapi orang-orang yang bodoh?
وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا
“…dan
apabila orang-orang yang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata
yang baik” (Qs. Al-Furqaan: 63).
Terkadang
kita sering dilupakan dengan hadits nabi yang sering kita dengar. Beliau shallallaahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيرا أو ليصمت
“Barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya ia berkata yang baik
atau hendaknya dia diam” (HR. Muslim)
Waffaqallaahu
-l jamii’ li kulli khair.
Penulis:
Ust. Abu Yazid Tengku Muhammad Nurdin
Artikel
Muslim.or.id