Posted by : Al Barokah
Tuesday, 7 March 2017
“Jangan bersikap buruk, sebab kelak kamu
akan sangat menyesalinya, Nak. Orang akan selalu mengingat perbuatan
kita yang salah”, ucapan itu terngiang kembali pada pendengaran pemuda
itu, meski ibunya telah mengucapkannya bertahun-tahun yang lalu,
Saat ia masih tinggal di kampung dulu.
Hingga beberapa waktu yang lalu, pemuda itu bahkan tidak mengerti
mengapa ibunya selalu mengucapkan kata-kata yang sama. Bukan hanya satu
atau dua kali saja, namun ibunya kerap mengucapkan kata-kata ini setiap
kali ia memberi nasehat atas sikapnya yang kadang kurang baik pada
pandangan si ibu.
Pemuda itu mengacuhkannya, sebab apalah
arti sebuah nasehat bagi pemuda yang sedang dalam masa-masa remaja, hal
ini bahkan kerap dianggap sebagai angin lalu saja. Berulangkali kali si
ibu memberi nasehat, berulangkali pula pemuda itu menganggapnya sebagai
angin lalu.
Sikap cerobohnya kerap menjadi alasan
mengapa pemuda itu sering dinasehati si ibu, hingga si ibu mengibaratkan
perbuatannya seperti dua cangkir minuman yang berbeda, yakni teh dan
kopi.
Meski begitu, pemuda itu masih saja
sering bertindak ceroboh. Sekali waktu, di malam hari ia lupa mengurung
induk dan anak ayamnya ke dalam kandang, hingga pada keesokan harinya
ketujuh anak ayam itu lenyap dimangsa musang dan hanya tinggal induknya
saja, padahal ibunya telah menyuruhnya mengerjakan hal tersebut
berulangkali sejak sore.
Lalu di lain waktu, ia juga tidak
menutup saluran air yang masuk ke kolam kecil milik ayahnya, hingga air
mengalir terus sepanjang malam dan menghanyutkan semua ikan tersebut ke
kolam lainnya milik orang lain di tempat yang lebih rendah dari kolam
ayahnya.
Kala itu, bukan hanya kolam ayahnya saja
yang ikannya terbawa air, namun dua kolam lainnya milik pamannya juga
kehilangan banyak ikan.
Tidak mendengar nasehat orangtua
Pada dasarnya ada banyak orang yang
ceroboh di dunia ini, dan itu bukan sebuah masalah yang besar, selama
mereka mau berubah dan mendengarkan nasehat orang di sekitarnya. Namun,
hal serupa tidak terjadi pada pemuda ini, bahkan setelah ia merantau dan
bekerja sebagai sekurity di sebuah kantor di kota.
Tugasnya memeriksa semua ruangan setelah pulang kantor dan mengunci pintu utama sebelum akhirnya pulang ke kontrakannya. Telah berulangkali ia diingatkan agar hati-hati dan memeriksa semua ruangan terlebih dahulu, agar kantor ditinggalkan dalam kondisi baik dan aman.
Tugasnya memeriksa semua ruangan setelah pulang kantor dan mengunci pintu utama sebelum akhirnya pulang ke kontrakannya. Telah berulangkali ia diingatkan agar hati-hati dan memeriksa semua ruangan terlebih dahulu, agar kantor ditinggalkan dalam kondisi baik dan aman.
Bukannya melakukan tugasnya dengan baik,
ia bahkan kerap tidak memeriksa setiap ruangan, sehingga beberapa lampu
seringkali ditinggalkan dalam kondisi tidak padam. Sore itu setelah
karyawan lainnya pulang, pemuda itu bergegas dan mengunci pintu utama,
tanpa memeriksa setiap ruangan dengan seksama.
Semua berjalan baik, hingga sejam
kemudian sebuah panggilan telepon dari atasannya mengatakan bahwa
seorang karyawan telah terkunci di kantor mereka.
Atasannya telah berada di kantor, juga
beberapa karyawan lainnya yang kebetulan sedang menikmati kopi di kafe
sebelah kantor mereka. Pemuda tersebut minta maaf dan mengakui
kesalahannya, sehingga ia tidak mendapatkan masalah berarti atas
kejadian tersebut. Namun, kejadian ini memberinya satu pelajaran
penting, yang tak lain adalah nasehat ibunya. “Ketika kamu berbuat baik,
maka hal tersebut serupa secangkir teh hangat yang sedap, saat diaduk
aromanya menenangkan dan warnanya tetap sama bahkan setelah lama.
Namun ketika kamu berbuat salah, maka
hal tersebut seperti secangkir kopi hitam, saat diaduk aromanya begitu
menggoda dan warnanya akan langsung keruh dan hitam, meskipun telah
sempat mengendap lama. Demikianlah orang akan selalu mengingat perbuatan
salahmu, Nak, meskipun telah lama berlalu.”
Nasehat ibunya benar-benar menjadi
kenyataan, sebab sejak hari itu pemuda tersebut selalu menjadi bahan
omongan pekerja di sana. Beberapa di antara mereka bahkan sering
menyindirnya dengan bercanda, jangan sampai meninggalkan dan mengunci
mereka di kantor, seperti karyawan sebelumnya.
Cerita teh dan kopi, dua cangkir dalam
nikmat yang berbeda ini mengajarkan kita bahwa pentingnya untuk selalu
mendengar nasihat Ibu kita.Sumber : http://www.sipolos.com/teh-dan-kopi/