Posted by : Al Barokah
Wednesday, 7 October 2015
Dari
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia
yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap barang dan jasa.
Istilah "ekonomi" sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu οἶκος (oikos) yang berarti "keluarga, rumah tangga" dan νόμος (nomos)
yang berarti "peraturan, aturan, hukum".
Secara garis besar, ekonomi diartikan sebagai "aturan rumah tangga"
atau "manajemen rumah tangga." Sementara yang dimaksud dengan ahli ekonomi atau ekonom adalah orang menggunakan
konsep ekonomi, dan data dalam bekerja.
Arti kata
Kata
"ekonomi" merupakan kata serapan dari bahasa Yunani Kuno οἰκονόμος yang bermakna
"pengelolaan rumah tangga".[1] Kata ini merupakan gabungan dari dua
kata, yaitu οἶκος ("rumah") and νέμω ("pengelolaan;
distribusi").[1] Kata ini tercatat pertama kali
digunakan pada karya yang dibuat oleh sebuah gereja pada tahun 1440 untuk menggambarkan sistem
pengelolaan atau administrasi.[1] Makna ekonomi yang banyak digunakan
saat ini, yaitu ekonomi sebagai sebuah sistem yang digunakan di sebuah negara atau wilayah, baru berkembang pada abad
ke-19 atau ke-20.[1]
Cakupan
Ilmu ekonomi
Ekonomi
banyak dibahas dalam sebuah ilmu khusus yang dikenal dengan nama ilmu ekonomi, yang di dalamnya mencakup sosiologi. sejarah, antropologi, dan geografi. Beberapa bagian ekonomi yang berupa
ilmu terapan seperti produksi, distribusi, perdagangan, dan konsumsi juga dibahas dalam ilmu lain seperti
ilmu teknik, manajemen, administrasi bisnis,
sains
terapan, dan keuangan. Ada banyak sektor
dalam ekonomi, yang kemudian dikelompokkan menjadi tiga sektor utama yaitu
sektor primer, sektor sekunder, dan, dan sektor tersier.
Sektor tradisional: primer, sekunder, tersier
Peta yang
menunjukkan Produk Domestik Regional Bruto per kapita provinsi-provinsi
Indonesia pada tahun 2008 atas harga berlaku. PDRB per kapita provinsi Kalimantan Timur mencapai Rp.100 juta manakala
PDRB per kapita Maluku, Maluku Utara, dan Nusa Tenggara Timur
kurang dari Rp.5 juta.
Lebih
dari Rp.100 juta
Rp.50
juta ++ - Rp.100 juta
Rp.40
juta ++ - Rp.50 juta
Rp.30
juta ++ - Rp.40 juta
|
Rp.20
juta ++ - Rp.30 juta
Rp.10
juta ++ - Rp.20 juta
Rp.5
juta ++ - Rp.10 juta
Kurang
dari Rp.5 juta
|
Termasuk
dalam sektor primer adalah sektor-sektor yang memanfaatkan langsung sumber dari
daya alam, termasuk di dalamnya pertanian, perhutanan, perikanan, dan
pertambangan.[2] Beberapa industri manufaktur yang
proses produksinya erat dengan sumber daya alam juga seringkali dikategorikan
sebagai industri di sektor ini, antara lain industri di bidang pengepakan,
penyulingan, atau pengumpulan sumber daya alam.[2] Sektor ini biasanya merupakan sektor
utama, dan berkontribusi paling besar di perekonomian negara-negara berkembang.[2] Namun, terdapat penurunan jumlah
pekerja yang beroperasi di sektor ini, baik di negara maju maupun negara
berkembang.[2] Di Amerika Serikat, tenaga kerja di
sektor ini hanya mencakup sekitar 3% dari total tenaga kerja.[2]
Dari sektor
primer, bahan mentah diolah oleh sektor sekunder, yaitu sektor-sektor yang
memproduksi, dan menciptakan produk akhir yang siap dikonsumsi, antara lain
sektor produksi, dan konstruksi.[2] Sektor ini biasanya dibagi menjadi dua
kategori, yaitu industri
ringan dan industri
berat. Industri di sektor ini biasanya menggunakan energi yang
sangat besar untuk beroperasi serta menghasilkan limbah yang juga besar,
menyebabkan timbulnya masalah lingkungan atau polusi. Negara-negara dengan
sektor sekunder besar disebut sebagai negara industri, antara lain RRT,
Amerika Serikat, Jepang, Jerman, dan Russia.
Berbeda
dengan sektor primer, dan sektor tersier yang menciptakan produk berbentuk,
sektor tersier adalah sektor jasa yang menciptakan produk tak berbentuk berupa
layanan kepada konsumennya.[2] Pelaku sektor tersier menawarkan pengetahuan dan waktunya untuk meningkatkan
produktivitas, kinjera, dan potensi di sektor-sektor lain.[2] Produknya antara lain diberikan dalam
bentuk perhatian, saran, akses, pengalaman, dan diskusi.[2]
Sektor quaterner dan quiner
Selain tiga
sektor di atas, berkembang pula dua sektor baru yang disebut sebagai sektor
quaterner, dan quiner. Sektor quaterner merupakan cabang dari sektor tersier
yang fokus pada pelaksanaan aktivitas-aktivitas intelektual. Termasuk di
dalamnya sektor pemerintahan, budaya, kepustakaan, riset ilmiah, edukasi, dan
informasi. Sementara itu, sektor quiner memiliki fokus yang lebih dalam lagi,
yaitu pada sektor-sektor di sektor quaterner yang menjadi pengambil keputusan
utama dalam sebuah masyarakat.
Sejarah
Masa kuno
Ekonomi ada
sejak manusia menciptakan, memasok, serta mendistribusikan barang atau jasa.
Sebagian besar kegiatan perekonomian kala itu berbasis pada produk-produk
pertanian. Satuan unit shekel misalnya, berawal dari
satuan yang digunakan untuk mengukur berat jelai. Satuan ini kemudian
dimanfaatkan untuk mengukur berat logam mulia seperti emas, perak, dan tembaga.
Proses transaksi pun berlangsung sederhana, biasanya terjadi antara dua atau
lebih orang yang berhubungan sosial secara langsung. Sistem barter masih banyak
digunakan.
Seiring
dengan berkembangnya masyarakat, sistem ekonomi yang digunakan semakin
kompleks. Masyarakat Sumeria, misalnya,
mengembangkan ekonomi skala besar berbasis uang
komoditas. Di tempat lain, bangsa Babilonia dan negara-kota di sekitarnya
mengembangkan sistem utang-piutang, kontrak legal, dan hukum yang berkaitan
dengan praktek bisnis serta properti pribadi.[3] Sistem yang dikembangkan bangsa
Babilonia ini sudah maju, dan mendekati sistem moderen yang digunakan pada masa
kini.[4]
Abad pertengahan
Wabah Kematian Hitam yang menyerang Eropa pada Abad
Pertengahan mengakibatkan perubahan besar pada sistem ekonomi.
Sama seperti
pada masa kuno, pada abad pertengahan kegiatan ekonomi juga masih berputar pada
perdagangan di bidang pertanian, dan barang-barang pokok, serta terjadi dalam
kelompok sosial tertutup.[5] Namun, beberapa perkembangan terjadi,
antara lain munculnya kelompok-kelompok yang memberi modal bagi individu atau
kelompok lain, terutama untuk bidang pelayaran, dan pengembangan wilayah
kekuasaan.[5] Modal ini nantinya harus dikembalikan
dalam bentuk penjualan barang yang didapatkan dari negara jajahan.[5] Proses peminjaman, dan penggantian uang
ini berujung pada perintisan bank, dan munculnya ekonomi global.[5] Perdagangan saham juga mulai dikenal,
khususnya setelah tahun 1513 setelah pasar saham pertama di dunia dibuka di
Antwerpen.[5]
Pada abad
ini, uang yang digunakan sudah berbentuk koin logam, khususnya di wilayah
Eropa, dan sekitarnya.[5] Jenis logam yang digunakan mempengaruhi
nilai uang tersebut, yang paling populer adalah tembaga, perak, dan emas.[5] Namun, mata uang yang digunakan kala
itu sangat beragam, dan semuanya berbeda-beda baik dalam segi bentuk, ukuran,
berat, karat, dan cetakannya.[5] Namun seiring dengan meningkatnya
jumlah transaksi finansial, dan berkembangnya perdagangan, perlahan mulai
terjadi keseragaman dalam koin-koin logam ini, dan memungkinkan terjadinya
perdagangan antar-wilayah.[5]
Salah satu
sistem yang populer digunakan kala itu adalah sistem manorial.[5] Sistem ini berpusat pada sebuah manor,
yaitu wilayah berdikari yang dikuasai oleh tuan tanah.[5] Pada sistem ini, para petani bergantung
pada tuan tanah tempat ia tinggal, khususnya dalam hal keamanan, dan jaminan
keselamatan kala melakukan kegiatan ekonomi. Sebagai gantinya para petani ini
bekerja untuk tuannya tersebut.[5] Sistem ini terutama berkembang pada
abad ke-5, dan ke-6, saat penyakit, dan bencana kelaparan akibat perang
mewabah, menyebabkan banyaknya orang yang merelakan tanah direnggut, dan lari
mencari perlindungan di tempat lain.[5]
Petani
merupakan pekerjaan yang paling umum.[5] Mereka tersebar di berbagai manor,
mengabdi pada tuan yang berbeda-beda.[5] Selain bertani, petani juga memelihara
kambing.[5] Tugas mengurusi kambing biasanya
dilakukan oleh wanita, antara lain menggunting rambutnya, membuat wool, dan
merajut pakaian.[5] Pekerjaan lain yang juga populer adalah
seniman, termasuk mereka yang memproduksi komoditas dari kaca, kayu, tanah
liat, dan besi.[5] Terdapat pula pekerjaan dalam bentuk
jasa, antara lain dokter gigi, tukang cukur, guru, dan ahli bedah.[5] Selain itu ada pula kelas pedagang yang
berkembang menjelang akhir abad pertengahan. Perkembangan kelas pedagang ini
mendorong majunya wilayah perkotaan.[5]
Dampak dari
kemajuan ini terutama terasa pada abad ke-12, dan ke-13.[5] Meski pertanian masih menjadi
primadona, kelas pedagang mulai memiliki pengaruh besar dalam perekonomian.[5] Beberapa di antaranya bahkan memiliki
pengaruh politik, dan membentuk serikat.[5] Serikat ini digunakan antara lain untuk
mempengarhui kebijakan pajak.[5] Sistem serikat ini menandakan sebuah
perubahan ke arah sistem ekonomi yang lebih matang karena harga-harga serta
kualitas barang mulai diatur.[5]
Namun
perkembangan ini terhambat ketika Kelaparan Besar, dan Wabah Kematian Hitam
merebak.[5] Kelaparan Besar yang terjadi pada tahun
1315 menyebabkan kekacauan terhadap sistem agraris, yang semakin mundur, dan
akhirnya mati bersamaan dengan matinya desa, dan kota-kota kecil yang
mendukungnya.[5] Kematian Hitam juga memberikan efek
yang sama--jutaan petani yang terinfeksi penyakit ini tewas. Akibat dari dua
peristiwa ini adalah munculnya sistem-sistem baru baik di bidang ekonomi maupun
pertanian.[5]
Era moderen awal
Dengan
semakin mudahnya mendapatkan modal untuk bertualang, dan memperluas daerah
jajahan, perekonomian di negara-negara Eropa seperti Spanyol, Perancis,
Britania Raya, dan Belanda berkembang sangat pesat. Mereka kemudian mencoba
melakukan kontrol, dan proteksi terhadap perdagangan dengan membuat bea cukai.
Selain karena kemudahan modal, perekonomian Eropa juga menguat akibat meluasnya
paham sekularisme yang memungkinkan negara-negara tersebut menggunakan harta
gereja yang berlimpah untuk mengembangkan kota. Kemajuan ini diikuti dengan
kemunculan proyek-proyek ekonomi besar, antara lain yang dirintis oleh Amschel
Mayer Rothschild (1773-1885). Topik ekonomi mulai terfokus pada pengelolaan
harta masyarakat atau negara.
Revolusi industri
Pada masa
revolusi industri yang terjadi pada abad ke-18, dan 19, perubahan besar terjadi
di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, dan transportasi. Hal ini
mempengaruhi kondisi sosial ekonomi, dan budaya di seluruh Eropa, Amerika
Serikat, dan seluruh dunia. Paham kapitalisme yang lebih bebas muncul
menggantikan paham merkantilisme. Revolusi industri sendiri terjadi karena
peran dari berkembangnya ilmu ekonomi pada abad ini.
ilmu ekonomi
saat itu dikembangkan oleh ilmuwan seperti Scotsman Adam Smith (1723-1790),
yang kini diakui sebagai ekonom pertama di dunia. Ia memperkenalkan ide bahwa
harga sebuah produk tercipta dari hasil tarik menarik antara pasokan, dan
permintaan serta pembagian tenaga kerja. Ia berpendapat bahwa motif utama dari
perdagangan adalah keuntungan diri pribadi. Paham ini kemudian menjadi basis
yang dikembangkan oleh berbagai ilmuwan selanjutnya seperti Thomas Malthus
(1766-1834) yang mengembangkan ide pasokan-permintaan untuk memecahkan masalah
populasi yang berlebihan. Berkat paham ini pula, orang mulai berpikir untuk
memproduksi barang, dan jasa secara besar-besaran.
Pasca-Perang Dunia
Setelah dua
Perang Dunia terjadi, dan perekonomian hancur akibatnya, pemerintah di banyak
negara mulai mencari-cari cara untuk mengontrol arah perekonomian. Beberapa
ekonom seperti Friedrich August von Hayek (1899-1992) dan Milton Friedman (1912-2006) melontarkan ide
tentang pentingnya sebuah perdagangan global yang bebas. Namun kala itu ide
dari John Maynard Keynes
(1883-1946) diterima lebih luas. Keynes berpendapat bahwa pemerintah perlu
mengontrol pasar secara kuat. Keynes yakin bahwa pemerintah dapat menghapus
masalah ekonomi, dan mempercepat pertumbuhannya dengan melakukan manipulasi
terhadap permintaan agregat. Untuk menghormati pemikirannya, paham ini diberi
nama Keynesianisme.
Menurut
Keynes, Ekonomi pasar tidak memiliki mekanisme untuk memastikan bahwa semua
orang bisa bekerja, akibatnya pengangguran dapat terjadi. Keynes berpendapat bahwa
negara perlu melakukan intervensi, dan manipulasi terhadap permintaan, dan
permintaan agregat untuk mengurangi dampak negatif ini. Untuk melakukan hal
tersebut, Keynes menekankan pentingnya pemerintah untuk melakukan investasi.
Jika pemerintah meningkatkan pengeluarannya, uang yang beredar di masyarakat
akan bertambah sehingga masyarakat akan terdorong untuk berbelanja, dan
meningkatkan permintaannya (sehingga permintaan agregat bertambah). Selain itu,
tabungan juga akan meningkat sehingga dapat digunakan sebagai modal investasi,
dan kondisi perekonomian akan kembali ke tingkat normal.
Pada tahun
1950-an, perekonomian Eropa, dan Amerika berkembang secara pesat. Periode ini
disebut sebagai periode Wirtschaftswunder yang diambil dari bahasa Jerman, yang berarti "keajaiban
ekonomi." Perkembangan pesat ini membawa satu jenis ekonomi baru: ekonomi
berbasis konsumsi massa. Paham ini semakin berkembang setelah John Kenneth
Galbrait (190-2006) memperkenalkan konsep yang diberi nama ekonomi pasar sosial
pada tahun 1956.
Akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21
Tren ekonomi
dunia berubah setelah perekonomian Uni Soviet yang menganut komunisme runtuh.
Banyak negara-negara Blok TImur yang berubah haluan dari komunisme ke ekonomi
berbasis pasar. Namun selain sistem ekonomi dari Barat tersebut, muncul sistem,
dan konsep-konsep ekonomi lain yang berasal dari negara non-Barat seperti RRT,
Brazil, dan India. Konsep ekonomi non-barat ini dikenal dengan Istilah
"masyarakat pasca-industri", sebuah istilah yang diperkenalkan pada
tahun 1973 oleh Daniel
Bell.
Perkembangan,
dan penyebaran Internet sebagai media komunikasi massa juga mempengaruhi
perkembangan ekonomi khususnya setelah tahun 2000-2001. Ide tentang sebuah
ekonomi berbasis Internet, dan informasi mulai dikembangkan. Hal ini disebabkan
karena internet telah memberikan pengaruh besar pada dunia perdagangan, dan
memunculkan satu bidang baru yang disebut sebagai bisnis elektronik.
Manusia sebagai makhluk sosial dan ekonomi
Manusia sebagai makhluk sosial, dan makhluk
ekonomi pada dasarnya selalu menghadapi masalah ekonomi. Inti dari masalah
ekonomi yang dihadapi manusia adalah kenyataan bahwa kebutuhan manusia jumlahnya tidak terbatas,
sedangkan alat pemuas kebutuhan manusia jumlahnya terbatas.
Beberapa faktor yang memengaruhi sehingga jumlah kebutuhan seseorang berbeda
dengan jumlah kebutuhan orang lain:
- Faktor ekonomi
- Faktor lingkungan sosial budaya
- Faktor fisik
- Faktor pendidikan
- Faktor moral
Tindakan, Motif dan Prinsip Ekonomi
Tindakan Ekonomi
Tindakan
ekonomi adalah sebuah istilah yang mengacu pada setiap usaha
manusia yang dilandasi oleh pilihan yang paling baik, dan paling menguntungkan.
misalnya: Ibu memasak dengan kayu bakar karena harga minyak tanah sangat mahal.
Tindakan ekonomi terdiri atas dua aspek, yaitu :
- Tindakan ekonomi Rasional, setiap usaha manusia yang dilandasi oleh pilihan yang paling menguntungkan, dan kenyataannya demikian.
- Tindakan ekonomi Irrasional, setiap usaha manusia yang dilandasi oleh pilihan yang paling menguntungkan namun kenyataannya tidak demikian.
Motif Ekonomi
Motif
ekonomi adalah alasan ataupun tujuan seseorang sehingga seseorang itu melakukan
tindakan ekonomi. Motif ekonomi terbagi dalam dua aspek:
- Motif Intrinsik, disebut sebagai suatu keinginan untuk melakukan tindakan ekonomi atas kemauan sendiri.
- Motif ekstrinsik, disebut sebagai suatu keinginan untuk melakukan tindakan ekonomi atas dorongan orang lain.
Pada
prakteknya terdapat beberapa macam motif ekonomi:
- Motif memenuhi kebutuhan
- Motif memperoleh keuntungan
- Motif memperoleh penghargaan
- Motif memperoleh kekuasaan
- Motif sosial / menolong sesama
Prinsip Ekonomi
Prinsip
ekonomi merupakan pedoman untuk melakukan tindakan ekonomi yang didalamnya
terkandung asas
dengan pengorbanan tertentu diperoleh hasil yang maksimal. Prinsip ekonomi
adalah dengan pengorbanan sekecil-kecilnya untuk memperoleh hasil tertentu,
atau dengan pengorbanan tertentu untuk memperoleh hasil semaksimal mungkin.