Archive for 2015
34 Negara
Bentuk Aliansi Militer Islam, Indonesia Tidak Ambil Bagian Arab Saudi
menggandeng negara negara yang berlatar belakang Islam membentuk aliansi
militer Islam guna memerangi terorisme. Di aliansi tersebut terdapat 34 negara,
baik dari kawasan Teluk, Afrika maupun bagian Asia lainnya. Seperti dilansir
republika.co.id yang mengutid dari RT, ke-34 negara tersebut di antaranya, Arab
Saudi, Yordania, Uni Emirat Arab, Pakistan, Bahrain, Bangladesh, Benin, Turki,
Chad, Togo, Tunisia, Djibouti, Senegal, Sudan, Sierra Leone, Somalia, Gabon,
Guinea, Palestina, Republik Federal Islam COmoro, Qatar, Cote d’Ivoire, Kuwait,
Lebanon, dan Libya. Kemudian disusul Maladewa, Mali, Malaysia, Mesir, Maroko,
Mauritania, Niger, Nigeria serta Yemen. Namun, di dalam daftar nama tersebut
tidak terdapat Indonesia yang merupakan negara mayoritas Islam terbesar.
“Negara-negara yang disebutkanya telah memutuskan untuk membentuk aliansi
militer yang dipimpin oleh Saudi guna memerangi terorisme. Markas operasi
gabungan ini akan berbasis di Riyadh untuk mengkoordinasi serangan,” ujar
kantor berita Saudi SPA dalam pernyataannya. Di bawah, Raja Salman, Saudi
sangat aktif di dalam kebijakan politik luar negeri. Mereka terlibat dalam
operasi di Yaman, dan baru-baru ini Saudi mengumpulkan oposisi Suriah di
Riyadh. Aliansi Militer Islam Tanpa Indonesia Ketidakikutsertaan Indonesia
dalam aliansi tersebut dibenarkan oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi . Dikutip
dari suarapembaruan, Menteri Retno dengan tegas membantah bahwa Indonesia
memberi dukungan atas pembentukan aliansi militer buatan Arab Saudi untuk
melawan terorisme. Retno menegaskan Indonesia memiliki garis politik luar
negeri yang jelas untuk tidak ikut dalam aliansi militer apa pun. Retno
mengatakan komunikasinya dengan Menlu Arab Saudi, Adel Al-Jubeir, dilakukan
terakhir kali hari Senin (14/12/15) malam. Menurutnya, inisiatif awal yang
disebutkan Saudi adalah pembentukan international center for countering
terrorism (pusat internasional untuk melawan terorisme), bukan sebuah aliansi
militer. “Tidak benar (mendukung aliansi militer) Dalam beberapa hari ini
komunikasi memang dilakukan. Hal pertama yang ditanyakan oleh Indonesia adalah
masalah modalitasnya (terkait pembentukaninternational center),” kata Retno
saat dihubungi di Jakarta, Selasa (15/12/15) pagi. Retno mengaku tidak tahu
adanya perubahan dari pembentukan pusat internasional menjadi sebuah aliansi
militer. “Mohon ditanyakan ke Saudi,” katanya. (sbb/dakwatuna)
Sumber: http://www.mirwans.com/2015/12/34-negara-bentuk-aliansi-militer-islam.html
Disalin dari Mirwans.com | Portal Media Bersama.
Sumber: http://www.mirwans.com/2015/12/34-negara-bentuk-aliansi-militer-islam.html
Disalin dari Mirwans.com | Portal Media Bersama.
34 Negara Bentuk Aliansi Militer Islam, Indonesia Tidak Ambil Bagian
Mirwans.com
- BRUNEI Darussalam terus menjadi pusat perhatian. Sebabnya apalagi kalau bukan
negeri Melayu ini yang mendeklarasikan syariat Islam sebagai hukum resmi.
Deklarasi Brunei akan syariat Islam, di tengah himpitan arus besar ekonomi
dunia saat ini adalah sebuah keberanian yang luar biasa. Namun, seperti kita
tahu pula, negara ini memang kaya dan sejahtera. Brunei memang hanya memiliki
wilayah negara yang kecil. Tetapi, Brunei memiliki ekonomi yang sangat sehat,
tumbuh pada tingkat yang lambat dan mantap. Ini tetap stabil dengan tingkat
inflasi rata-rata 1,5% selama dua puluh tahun terakhir. Orang-orang dari Brunei
Darussalam juga menikmati kualitas hidup yang tinggi dengan perkiraan US $
31,000 pendapatan per kapita, termasuk tertinggi kedua di kawasan ASEAN.
Ekonomi Brunei sendiri merupakan negara petrodollar yang telah didominasi oleh
industri minyak dan gas selama 80 tahun terakhir. Sumber daya hidro karbon
account selama lebih dari 90% dari ekspor dan lebih dari 50% dari produk
domestik bruto. Hari ini, Brunei adalah produsen minyak terbesar keempat di
Asia Tenggara dan eksportir terbesar kesembilan gas alam cair di dunia.
Kelebihan Sistem Petrodollar Brunei Namun, ada peningkatan kesadaran di negara
ini yang menghabiskan sumber daya alam dan kebutuhan selanjutnya untuk
diversifikasi ekonomi jauh dari ketergantungan pada minyak dan gas. Rencana
untuk masa depan termasuk upgrade tenaga kerja, mengurangi pengangguran,
memperkuat sektor perbankan dan wisatawan, dan terus memperluas basis ekonomi
di luar minyak dan gas. Brunei mengimpor sekitar 80% dari kebutuhan pangan,
dengan pemerintah menyubsidi kebutuhan pokok tertentu seperti beras, gula, dan
susu. Pemerintah juga memberikan subsidi perumahan, listrik, air, dan minyak,
serta memberikan pelayanan medis yang komprehensif dan pendidikan gratis sampai
tingkat universitas. Brunei juga mengoperasikan sistem mata uang papan dengan
dollar Brunei (B $) yang dipatok terhadap dolar Singapura. Sehingga, kedua mata
uang secara hukum dipertukarkan di Brunei dan Singapura. Kekurangannya Karena
negara berkonsentrasi pada pengembangan untuk membangun ekonomi pengetahuan
secara intensif, tampaknya memungkinkan untuk mengabaikan kelanjutan dan
keterampilan outflow dari negara tersebut. Setelah kemerdekaan, salah satu
prioritas pemerintah yang paling penting adalah mendorong pengembangan Melayu
Brunei sebagai pemimpin industri dan perdagangan. Selain itu, sebagian besar
pekerja asing dan penduduk Cina ditolak kewarganegaraannya. Dengan segala
kelebihan ekonominya tersebut, didukung dengan para pemimpin yang dekat dengan
agama, tak heran jika Brunei memang sudah seharusnya tampil di muka untuk
mendeklrasikan diri sebagai negara penganut Syariah di dunia. [Sumber:
bimbingan]
Sumber: http://www.mirwans.com/2015/12/mantap-tegaknya-syariat-islam-di-brunei.html
Disalin dari Mirwans.com | Portal Media Bersama.
Sumber: http://www.mirwans.com/2015/12/mantap-tegaknya-syariat-islam-di-brunei.html
Disalin dari Mirwans.com | Portal Media Bersama.
Mirwans.com - BRUNEI
Darussalam terus menjadi pusat perhatian. Sebabnya apalagi kalau bukan
negeri Melayu ini yang mendeklarasikan syariat Islam sebagai hukum
resmi. Deklarasi Brunei akan syariat Islam, di tengah himpitan arus
besar ekonomi dunia saat ini adalah sebuah keberanian yang luar biasa.
Namun, seperti kita tahu pula, negara ini memang kaya dan sejahtera.
Brunei memang hanya memiliki wilayah negara yang kecil. Tetapi, Brunei
memiliki ekonomi yang sangat sehat, tumbuh pada tingkat yang lambat dan
mantap. Ini tetap stabil dengan tingkat inflasi rata-rata 1,5% selama
dua puluh tahun terakhir.
Orang-orang dari Brunei Darussalam juga menikmati kualitas hidup yang
tinggi dengan perkiraan US $ 31,000 pendapatan per kapita, termasuk
tertinggi kedua di kawasan ASEAN.
Ekonomi Brunei sendiri merupakan negara petrodollar yang telah
didominasi oleh industri minyak dan gas selama 80 tahun terakhir. Sumber
daya hidro karbon account selama lebih dari 90% dari ekspor dan lebih
dari 50% dari produk domestik bruto.
Hari ini, Brunei adalah produsen minyak terbesar keempat di Asia
Tenggara dan eksportir terbesar kesembilan gas alam cair di dunia.
Kelebihan Sistem Petrodollar Brunei
Namun, ada peningkatan kesadaran di negara ini yang menghabiskan sumber
daya alam dan kebutuhan selanjutnya untuk diversifikasi ekonomi jauh
dari ketergantungan pada minyak dan gas.
Rencana untuk masa depan termasuk upgrade tenaga kerja, mengurangi
pengangguran, memperkuat sektor perbankan dan wisatawan, dan terus
memperluas basis ekonomi di luar minyak dan gas.
Brunei mengimpor sekitar 80% dari kebutuhan pangan, dengan pemerintah
menyubsidi kebutuhan pokok tertentu seperti beras, gula, dan susu.
Pemerintah juga memberikan subsidi perumahan, listrik, air, dan minyak,
serta memberikan pelayanan medis yang komprehensif dan pendidikan gratis
sampai tingkat universitas.
Brunei juga mengoperasikan sistem mata uang papan dengan dollar Brunei
(B $) yang dipatok terhadap dolar Singapura. Sehingga, kedua mata uang
secara hukum dipertukarkan di Brunei dan Singapura.
Kekurangannya
Karena negara berkonsentrasi pada pengembangan untuk membangun ekonomi
pengetahuan secara intensif, tampaknya memungkinkan untuk mengabaikan
kelanjutan dan keterampilan outflow dari negara tersebut.
Setelah kemerdekaan, salah satu prioritas pemerintah yang paling penting
adalah mendorong pengembangan Melayu Brunei sebagai pemimpin industri
dan perdagangan.
Selain itu, sebagian besar pekerja asing dan penduduk Cina ditolak
kewarganegaraannya. Dengan segala kelebihan ekonominya tersebut,
didukung dengan para pemimpin yang dekat dengan agama, tak heran jika
Brunei memang sudah seharusnya tampil di muka untuk mendeklrasikan diri
sebagai negara penganut Syariah di dunia. [Sumber: bimbingan]
Sumber: http://www.mirwans.com/2015/12/mantap-tegaknya-syariat-islam-di-brunei.html
Disalin dari Mirwans.com | Portal Media Bersama.
Sumber: http://www.mirwans.com/2015/12/mantap-tegaknya-syariat-islam-di-brunei.html
Disalin dari Mirwans.com | Portal Media Bersama.
Mirwans.com - BRUNEI
Darussalam terus menjadi pusat perhatian. Sebabnya apalagi kalau bukan
negeri Melayu ini yang mendeklarasikan syariat Islam sebagai hukum
resmi. Deklarasi Brunei akan syariat Islam, di tengah himpitan arus
besar ekonomi dunia saat ini adalah sebuah keberanian yang luar biasa.
Namun, seperti kita tahu pula, negara ini memang kaya dan sejahtera.
Brunei memang hanya memiliki wilayah negara yang kecil. Tetapi, Brunei
memiliki ekonomi yang sangat sehat, tumbuh pada tingkat yang lambat dan
mantap. Ini tetap stabil dengan tingkat inflasi rata-rata 1,5% selama
dua puluh tahun terakhir.
Orang-orang dari Brunei Darussalam juga menikmati kualitas hidup yang
tinggi dengan perkiraan US $ 31,000 pendapatan per kapita, termasuk
tertinggi kedua di kawasan ASEAN.
Ekonomi Brunei sendiri merupakan negara petrodollar yang telah
didominasi oleh industri minyak dan gas selama 80 tahun terakhir. Sumber
daya hidro karbon account selama lebih dari 90% dari ekspor dan lebih
dari 50% dari produk domestik bruto.
Hari ini, Brunei adalah produsen minyak terbesar keempat di Asia
Tenggara dan eksportir terbesar kesembilan gas alam cair di dunia.
Kelebihan Sistem Petrodollar Brunei
Namun, ada peningkatan kesadaran di negara ini yang menghabiskan sumber
daya alam dan kebutuhan selanjutnya untuk diversifikasi ekonomi jauh
dari ketergantungan pada minyak dan gas.
Rencana untuk masa depan termasuk upgrade tenaga kerja, mengurangi
pengangguran, memperkuat sektor perbankan dan wisatawan, dan terus
memperluas basis ekonomi di luar minyak dan gas.
Brunei mengimpor sekitar 80% dari kebutuhan pangan, dengan pemerintah
menyubsidi kebutuhan pokok tertentu seperti beras, gula, dan susu.
Pemerintah juga memberikan subsidi perumahan, listrik, air, dan minyak,
serta memberikan pelayanan medis yang komprehensif dan pendidikan gratis
sampai tingkat universitas.
Brunei juga mengoperasikan sistem mata uang papan dengan dollar Brunei
(B $) yang dipatok terhadap dolar Singapura. Sehingga, kedua mata uang
secara hukum dipertukarkan di Brunei dan Singapura.
Kekurangannya
Karena negara berkonsentrasi pada pengembangan untuk membangun ekonomi
pengetahuan secara intensif, tampaknya memungkinkan untuk mengabaikan
kelanjutan dan keterampilan outflow dari negara tersebut.
Setelah kemerdekaan, salah satu prioritas pemerintah yang paling penting
adalah mendorong pengembangan Melayu Brunei sebagai pemimpin industri
dan perdagangan.
Selain itu, sebagian besar pekerja asing dan penduduk Cina ditolak
kewarganegaraannya. Dengan segala kelebihan ekonominya tersebut,
didukung dengan para pemimpin yang dekat dengan agama, tak heran jika
Brunei memang sudah seharusnya tampil di muka untuk mendeklrasikan diri
sebagai negara penganut Syariah di dunia. [Sumber: bimbingan]
Sumber: http://www.mirwans.com/2015/12/mantap-tegaknya-syariat-islam-di-brunei.html
Disalin dari Mirwans.com | Portal Media Bersama.
Sumber: http://www.mirwans.com/2015/12/mantap-tegaknya-syariat-islam-di-brunei.html
Disalin dari Mirwans.com | Portal Media Bersama.
Mantap! Tegaknya Syariat Islam di Brunei, Ekonomi Kuat dan Pemimpin Taat
Jelang datangnya tahun baru masehi pelecehan terhadap Islam dan kaum Muslimin kembali terjadi, meski di negara yang berpenduduk mayoritas Muslim seperti Indonesia. Marak beredar terompet bersampul Al-Qur’an. Terompet bersampul Al-Qur’an itu dilaporkan beredar bebas di daerah seperti Kendal dan Pekalongan, Jawa Tengah, dan dijual di sejumlah Alfamart. Melihat fenomena tersebut, Wakil Direktur Mualaf Center Indonesia, Hanny Kristianto atau biasa disapa ‘Koh Hanny’, menegaskan sikapnya. Warga Indonesia keturunan Cina yang dilahirkan dari keluarga Kristen—namun kini dikenal sebagai mualaf yang ruh jihadnya membara untuk memperjuangkan Islam di bumi nusantara ini—mengatakan bahwa penghinaan itu menunjukkan kemunafikan atau kebencian seseorang terhadap apa yang dilecehkannya. “Adakah orang Mukmin yang melecehkan agamanya sendiri? Jika mengaku Muslim tentunya sifat ini sangat berlawanan dengan prinsip keimanan itu sendiri. Apalagi melindungi dan membela mereka yang sudah melecehkan Allah, Rasulullah dan Al-Qur’an,” kata Sekjen Mualaf Center Indonesia (MCI) ini kepada redaksi, Selasa (29/12). Beredarnya terompet bersampul Al-Qur’an menurut Koh Hanny, jika tidak disengaja bagaimana mungkin berton-ton Al-Qur’an dipakai sebagai bahan terompet tidak diketahui. Bagaimana mungkin pula ratusan ribu sandal dan sepatu berlafadzkan Allah dan Rasulullah juga tidak diketahui. “Siapapun pelakunya jelas mereka secara nyata menghina dan memusuhi Islam. Karenanya mari kita semua bersatu untuk Allah. Dan buktikan kepada Allah bahwa ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam,” tegasnya. Koh Hanny yang merupakan mantan penganut Kristen ini mengharapkan adanya persatuan kepada seluruh umat Islam agar kejadian serupa tidak terulang. “Bersama-sama kita bersatu padu membangun kembali silaturrahim dan ukhuwwah Islamiyah, mewujudkan kejayaan Islam rahmatan lil ‘aalamiin dengan pertolongan Allah ‘Azza wa Jalla di Indonesia agar kejadian seperti ini tidak terulang kembali,” harapnya.
Sumber: (EZ/salam-online)
Disalin dari Mirwans.com | Portal Media Bersama.
Jika tak Disengaja,
Bagaimana Mungkin Berton-ton Sampul Al-Qur’an untuk Terompet
Jelang datangnya tahun baru masehi pelecehan terhadap Islam dan kaum
Muslimin kembali terjadi, meski di negara yang berpenduduk mayoritas
Muslim seperti Indonesia. Marak beredar terompet bersampul Al-Qur’an.
Terompet bersampul Al-Qur’an itu dilaporkan beredar bebas di daerah
seperti Kendal dan Pekalongan, Jawa Tengah, dan dijual di sejumlah
Alfamart.
Melihat fenomena tersebut, Wakil Direktur Mualaf Center Indonesia, Hanny
Kristianto atau biasa disapa ‘Koh Hanny’, menegaskan sikapnya. Warga
Indonesia keturunan Cina yang dilahirkan dari keluarga Kristen—namun
kini dikenal sebagai mualaf yang ruh jihadnya membara untuk
memperjuangkan Islam di bumi nusantara ini—mengatakan bahwa penghinaan
itu menunjukkan kemunafikan atau kebencian seseorang terhadap apa yang
dilecehkannya.
“Adakah orang Mukmin yang melecehkan agamanya sendiri? Jika mengaku
Muslim tentunya sifat ini sangat berlawanan dengan prinsip keimanan itu
sendiri. Apalagi melindungi dan membela mereka yang sudah melecehkan
Allah, Rasulullah dan Al-Qur’an,” kata Sekjen Mualaf Center Indonesia
(MCI) ini kepada redaksi, Selasa (29/12).
Beredarnya terompet bersampul Al-Qur’an menurut Koh Hanny, jika tidak
disengaja bagaimana mungkin berton-ton Al-Qur’an dipakai sebagai bahan
terompet tidak diketahui. Bagaimana mungkin pula ratusan ribu sandal dan
sepatu berlafadzkan Allah dan Rasulullah juga tidak diketahui.
“Siapapun pelakunya jelas mereka secara nyata menghina dan memusuhi
Islam. Karenanya mari kita semua bersatu untuk Allah. Dan buktikan
kepada Allah bahwa ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam,” tegasnya.
Koh Hanny yang merupakan mantan penganut Kristen ini mengharapkan adanya
persatuan kepada seluruh umat Islam agar kejadian serupa tidak
terulang.
“Bersama-sama kita bersatu padu membangun kembali silaturrahim dan
ukhuwwah Islamiyah, mewujudkan kejayaan Islam rahmatan lil ‘aalamiin
dengan pertolongan Allah ‘Azza wa Jalla di Indonesia agar kejadian
seperti ini tidak terulang kembali,” harapnya.
Sumber: (EZ/salam-online)
Sumber: file:///C:/Users/Awal/Downloads/jika-tak-disengaja-bagaimana-mungkin.html
Disalin dari Mirwans.com | Portal Media Bersama.
Sumber: file:///C:/Users/Awal/Downloads/jika-tak-disengaja-bagaimana-mungkin.html
Disalin dari Mirwans.com | Portal Media Bersama.
Jika tak Disengaja, Bagaimana Mungkin Berton-ton Sampul Al-Qur’an untuk Terompet
Dari
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Manajemen adalah seni menyelesaikan pekerjaan
melalui orang lain. Definisi Mary Parker Follet ini berarti bahwa seorang
manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan
organisasi.[1] Ricky W. Griffin mendefinisikan
manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara
efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan
perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara
benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.[2] Manajemen belum memiliki definisi yang
mapan dan diterima secara universal.[3]
Etimologi
Kata Manajemen
berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti
"seni melaksanakan dan mengatur."[4]
Kata
manajemen mungkin berasal dari bahasa Italia (1561) maneggiare yang
berarti "mengendalikan," terutama dalam konteks mengendalikan kuda,
yang berasal dari bahasa latin manus yang berarti "tangan".[5] Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini dari
bahasa Inggris menjadi ménagement, yang memiliki arti seni
melaksanakan dan mengatur.[4]
Sejarah Perkembangan Ilmu Manajemen
Banyak
kesulitan yang terjadi dalam melacak sejarah manajemen, namun diketahui bahwa ilmu
manajemen telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan dengan
adanya piramida di Mesir.[6] Piramida tersebut dibangun oleh lebih
dari 100.000 orang selama 20 tahun. Piramida Giza tak akan berhasil dibangun
jika tidak ada seseorang—tanpa memedulikan apa sebutan untuk manajer ketika
itu—yang merencanakan apa yang harus dilakukan, mengorganisir manusia serta
bahan bakunya, memimpin dan mengarahkan para pekerja, dan menegakkan
pengendalian tertentu guna menjamin bahwa segala sesuatunya dikerjakan sesuai
rencana.
Piramida di Mesir.
Pembangunan piramida ini tak mungkin terlaksana tanpa adanya seseorang yang
merencanakan, mengorganisasikan dan menggerakan para pekerja, dan mengontrol
pembangunannya.
Praktik-praktik
manajemen lainnya dapat disaksikan selama tahun 1400-an di kota Venesia, Italia, yang ketika itu menjadi pusat
perekonomian dan perdagangan. Penduduk Venesia mengembangkan bentuk awal
perusahaan bisnis dan melakukan banyak kegiatan yang lazim terjadi di
organisasi moderen saat ini. Sebagai contoh, di gudang senjata Venesia, kapal
perang diluncurkan sepanjang kanal; pada tiap-tiap perhentian, bahan baku dan
tali layar ditambahkan ke kapal tersebut. Hal ini mirip dengan model lini
perakitan yang dikembangkan oleh Henry Ford untuk merakit mobil-mobilnya. Selain
lini perakitan, orang Venesia memiliki sistem penyimpanan dan pergudangan untuk
memantau isinya, manajemen sumber daya manusia untuk mengelola angkatan kerja,
dan sistem akuntansi untuk melacak pendapatan dan biaya.
Daniel Wren
membagi evolusi pemikiran manajemen dalam empat fase, yaitu pemikiran awal, era
manajemen sains, era manusia sosial, dan era moderen.[7]
Pemikiran awal manajemen
Sebelum abad ke-20, terjadi dua peristiwa penting dalam
ilmu manajemen.[3] Peristiwa pertama terjadi pada tahun 1776,
ketika Adam Smith menerbitkan sebuah doktrin ekonomi
klasik, The Wealth of Nation. Dalam bukunya itu, ia mengemukakan
keunggulan ekonomis yang akan diperoleh organisasi dari pembagian kerja (division
of labor), yaitu perincian pekerjaan ke dalam tugas-tugas yang spesifik dan
berulang. Dengan menggunakan industri pabrik peniti sebagai contoh, Smith
mengatakan bahwa dengan sepuluh orang—masing-masing melakukan pekerjaan
khusus—perusahaan peniti dapat menghasilkan kurang lebih 48.000 peniti dalam sehari.
Akan tetapi, jika setiap orang bekerja sendiri menyelesaikan tiap-tiap bagian
pekerjaan, sudah sangat hebat bila mereka mampu menghasilkan dua puluh peniti
sehari. Smith menyimpulkan bahwa pembagian kerja dapat meningkatkan
produktivitas dengan (1) meningkatnya keterampilan dan kecekatan tiap-tiap
pekerja, (2) menghemat waktu yang terbuang dalam pergantian tugas, dan (3)
menciptakan mesin dan penemuan lain yang dapat menghemat tenaga kerja.[8]
Peristiwa
penting kedua yang memengaruhi perkembangan ilmu manajemen adalah Revolusi Industri di Inggris. Revolusi Industri menandai dimulainya
penggunaan mesin, menggantikan tenaga manusia, yang berakibat pada pindahnya
kegiatan produksi dari rumah-rumah menuju tempat khusus yang disebut
"pabrik." Perpindahan ini mengakibatkan manajer-manajer ketika itu
membutuhkan teori yang dapat membantu mereka meramalkan permintaan, memastikan
cukupnya persediaan bahan baku, memberikan tugas kepada bawahan, mengarahkan
kegiatan sehari-hari, dan lain-lain, sehingga ilmu manajamen mulai dikembangkan
oleh para ahli.
Era manajemen ilmiah
Frederick
Winslow Taylor.
Era ini
ditandai dengan berkembangnya perkembangan ilmu manajemen dari kalangan
insinyur—seperti Henry
Towne, Frederick Winslow
Taylor, Frederick
A. Halsey, dan Harrington
Emerson[9] Manajemen
ilmiah dipopulerkan oleh Frederick Winslow Taylor dalam bukunya, Principles
of Scientific Management, pada tahun 1911.
Taylor mendeskripsikan manajemen ilmiah sebagai "penggunaan metode ilmiah
untuk menentukan cara terbaik dalam menyelesaikan suatu pekerjaan."
Beberapa penulis seperti Stephen Robbins menganggap tahun terbitnya buku ini
sebagai tahun lahirya teori manajemen moderen.[3]
Perkembangan
manajemen ilmiah juga didorong oleh munculnya pemikiran baru dari Henry Gantt dan keluarga Gilberth. Henry Gantt.
yang pernah bekerja bersama Taylor di Midvale Steel Company, menggagas ide
bahwa seharusnya seorang mandor mampu memberi pendidikan kepada karyawannya
untuk bersifat rajin (industrious ) dan kooperatif. Ia juga mendesain
sebuah grafik untuk membantu manajemen yang disebut sebagai Gantt
chart yang digunakan untuk merancang dan mengontrol pekerjaan.
Sementara itu, pasangan suami-istri Frank dan Lillian Gilbreth berhasil menciptakan micromotion,
sebuah alat yang dapat mencatat setiap gerakan yang dilakukan oleh pekerja dan
lamanya waktu yang dihabiskan untuk melakukan setiap gerakan tersebut. Alat ini
digunakan untuk menciptakan sistem produksi yang lebih efesien.[9]
Era ini juga
ditandai dengan hadirnya teori administratif, yaitu teori mengenai apa yang
seharusnya dilakukan oleh para manajer dan bagaimana cara membentuk praktik
manajemen yang baik.[9] Pada awal abad ke-20, seorang
industriawan Perancis bernama Henri Fayol mengajukan gagasan lima fungsi utama
manajemen: merancang, mengorganisasi, memerintah, mengoordinasi, dan
mengendalikan.[10] Gagasan Fayol itu kemudian mulai
digunakan sebagai kerangka kerja buku ajar ilmu manajemen pada pertengahan
tahun 1950, dan terus berlangsung hingga sekarang.[3] Selain itu, Henry Fayol juga mengagas 14 prinsip manajemen yang merupakan dasar-dasar
dan nilai yang menjadi inti dari keberhasilan sebuah manajemen.
Sumbangan
penting lainnya datang dari ahli sosilogi Jerman Max Weber. Weber menggambarkan suatu tipe ideal
organisasi yang disebut sebagai birokrasi—bentuk organisasi yang
dicirikan oleh pembagian kerja, hierarki yang didefinisikan dengan jelas,
peraturan dan ketetapan yang rinci, dan sejumlah hubungan yang impersonal.
Namun, Weber menyadari bahwa bentuk "birokrasi yang ideal" itu tidak
ada dalam realita. Dia menggambarkan tipe organisasi tersebut dengan maksud
menjadikannya sebagai landasan untuk berteori tentang bagaimana pekerjaan dapat
dilakukan dalam kelompok besar. Teorinya tersebut menjadi contoh desain
struktural bagi banyak organisasi besar sekarang ini.[3]
Perkembangan
selanjutnya terjadi pada tahun 1940-an ketika Patrick
Blackett melahirkan ilmu riset operasi, yang merupakan kombinasi dari
teori statistika dengan teori mikroekonomi. Riset operasi, sering dikenal
dengan "manajemen sains", mencoba pendekatan sains untuk
menyelesaikan masalah dalam manajemen, khususnya di bidang logistik dan operasi. Pada tahun 1946,
Peter F. Drucker—sering
disebut sebagai Bapak Ilmu Manajemen—menerbitkan salah satu buku paling awal
tentang manajemen terapan: "Konsep Korporasi" (Concept of the
Corporation). Buku ini muncul atas ide Alfred
Sloan (chairman dari General Motors) yang menugaskan penelitian
tentang organisasi.[11]
Era manusia sosial
Era manusia
sosial ditandai dengan lahirnya mahzab perilaku (behavioral school) dalam
pemikiran manajemen di akhir era manajemen sains. Mahzab perilaku tidak
mendapatkan pengakuan luas sampai tahun 1930-an. Katalis utama dari kelahiran
mahzab perilaku adalah serangkaian studi penelitian yang dikenal sebagai eksperimen Hawthorne.
Eksperimen
Hawthorne dilakukan pada tahun 1920-an hingga 1930-an di Pabrik Hawthorne milik
Western Electric Company Works di Cicero,
Illenois.[3] Kajian ini awalnya bertujuan
mempelajari pengaruh berbagai macam tingkat penerangan lampu terhadap
produktivitas kerja. Hasil kajian mengindikasikan bahwa ternyata insentif
seperti jabatan, lama jam kerja, periode istirahat, maupun upah lebih sedikit
pengaruhnya terhadap output pekerja dibandingkan dengan tekanan kelompok,
penerimaan kelompok, serta rasa aman yang menyertainya. Peneliti menyimpulkan
bahwa norma-norma sosial atau standar kelompok merupakan penentu utama perilaku
kerja individu.[9]
Kontribusi
lainnya datang dari Mary Parker Follet.
Follett (1868–1933) yang mendapatkan pendidikan di bidang filosofi dan ilmu
politik menjadi terkenal setelah menerbitkan buku berjudul Creative
Experience pada tahun 1924.[9] Follet mengajukan suatu filosifi bisnis
yang mengutamakan integrasi sebagai cara untuk mengurangi konflik tanpa kompromi atau dominasi. Follet juga percaya bahwa tugas seorang
pemimpin adalah untuk menentukan tujuan organisasi dan mengintegrasikannya
dengan tujuan individu dan tujuan kelompok. Dengan kata lain, ia berpikir bahwa
organisasi harus didasarkan pada etika kelompok daripada individualisme. Dengan
demikian, manajer dan karyawan seharusnya memandang diri mereka sebagai mitra,
bukan lawan.
Pada tahun
1938, Chester Barnard (1886–1961) menulis buku berjudul The Functions of the
Executive yang menggambarkan sebuah teori organisasi dalam rangka untuk
merangsang orang lain memeriksa sifat sistem koperasi. Melihat perbedaan antara
motif pribadi dan organisasi, Barnard menjelaskan dikotonomi
"efektif-efisien". Menurut Barnard, efektivitas berkaitan dengan
pencapaian tujuan, dan efisiensi adalah sejauh mana motif-motif individu dapat
terpuaskan. Dia memandang organisasi formal sebagai sistem terpadu yang
menjadikan kerjasama, tujuan bersama, dan komunikasi sebagai elemen universal,
sementara itu pada organisasi informal, komunikasi, kekompakan, dan
pemeliharaan perasaan harga diri lebih diutamakan. Barnard juga mengembangkan
teori "penerimaan otoritas" yang didasarkan pada gagasan bahwa atasan
hanya memiliki kewenangan jika bawahan menerima otoritasnya.
Era moderen
Era moderen
ditandai dengan hadirnya konsep manajemen kualitas
total (total quality management—TQM) pada abad ke-20 yang
diperkenalkan oleh beberapa guru manajemen, yang paling terkenal di antaranya
W. Edwards Deming (1900–1993) and Joseph Juran (lahir 1904).
Deming,
orang Amerika, dianggap
sebagai Bapak Kontrol
Kualitas di Jepang.[9] Deming berpendapat bahwa kebanyakan
permasalahan dalam kualitas bukan berasal dari kesalahan pekerja, melainkan
sistemnya. Ia menekankan pentingnya meningatkan kualitas dengan mengajukan
teori lima langkah reaksi berantai. Ia berpendapat bila kualitas dapat
ditingkatkan, (1) biaya akan berkurang karena berkurangnya biaya perbaikan,
sedikitnya kesalahan, minimnya penundaan, dan pemanfaatan yang lebih baik atas
waktu dan material; (2) produktivitas meningkat; (3) pangsa pasar meningkat
karena peningkatan kualitas dan penurunan harga; (4) profitabilitas perusahaan
peningkat sehingga dapat bertahan dalam bisnis; (5) jumlah pekerjaan meningkat.
Deming mengembangkan 14 poin rencana untuk meringkas pengajarannya tentang
peningkatan kualitas.
Kontribusi
kedua datang dari Joseph Juran.[9] Ia menyatakan bahwa 80 persen cacat
disebabkan karena faktor-faktor yang sebenarnya dapat dikontrol oleh manajemen.
Dari teorinya, ia mengembangkan trilogi manajemen yang memasukkan perencanaan,
kontrol, dan peningkatan kualitas. Juran mengusulkan manajemen untuk memilih
satu area yang mengalami kontrol kualitas yang buruk. Area tersebut kemudian
dianalisis, kemudian dibuat solusi dan diimplementasikan.
Teori manajemen
Manajemen ilmiah
Manajemen
ilmiah kemudian dikembangkan lebih jauh oleh pasangan suami-istri Frank dan Lillian Gilbreth. Keluarga Gilbreth berhasil
menciptakan micromotion yang dapat mencatat setiap gerakan yang dilakukan oleh
pekerja dan lamanya waktu yang dihabiskan untuk melakukan setiap gerakan
tersebut.[9] Gerakan yang sia-sia yang luput dari
pengamatan mata telanjang dapat diidentifikasi dengan alat ini, untuk kemudian
dihilangkan. Keluarga Gilbreth juga menyusun skema klasifikasi untuk memberi
nama tujuh belas gerakan tangan dasar (seperti mencari, menggenggam, memegang)
yang mereka sebut Therbligs (dari nama keluarga mereka, Gilbreth, yang
dieja terbalik dengan huruf th tetap). Skema tersebut memungkinkan
keluarga Gilbreth menganalisis cara yang lebih tepat dari unsur-unsur setiap
gerakan tangan pekerja.[9]
Skema itu
mereka dapatkan dari pengamatan mereka terhadap cara penyusunan batu bata.
Sebelumnya, Frank yang bekerja sebagai kontraktor bangunan menemukan bahwa
seorang pekerja melakukan 18 gerakan untuk memasang batu bata untuk eksterior
dan 18 gerakan juga untuk interior. Melalui penelitian, ia menghilangkan
gerakan-gerakan yang tidak perlu sehingga gerakan yang diperlukan untuk
memasang batu bata eksterior berkurang dari 18 gerakan menjadi 5 gerakan.
Sementara untuk batu bata interior, ia mengurangi secara drastis dari 18
gerakan hingga menjadi 2 gerakan saja. Dengan menggunakan teknik-teknik
Gilbreth, tukang baku dapat lebih produktif dan berkurang kelelahannya di
penghujung hari.[butuh rujukan]
Pendekatan kuantitatif
Pendekatan
kuantitatif adalah penggunaan sejumlah teknik kuantitatif—seperti statistik, model
optimasi, model
informasi, atau simulasi komputer—untuk membantu manajemen
mengambil keputusan. Sebagai contoh, pemrograman linear digunakan para manajer
untuk membantu mengambil kebijakan pengalokasian sumber daya; analisis jalur kritis
(Critical Path Analysis) dapat digunakan untuk membuat penjadwalan kerja
yang lebih efesien; model kuantitas pesanan ekonomi (economic order quantity
model) membantu manajer menentukan tingkat persediaan optimum; dan
lain-lain.
Pengembangan
kuantitatif muncul dari pengembangan solusi matematika dan statistik terhadap
masalah militer selama Perang Dunia II.[12] Setelah perang berakhir, teknik-teknik
matematika dan statistika yang digunakan untuk memecahkan persoalan-persoalan
militer itu diterapkan di sektor bisnis. Pelopornya adalah sekelompok perwira
militer yang dijuluki "Whiz Kids."[12] Para perwira yang bergabung dengan Ford Motor Company
pada pertengahan 1940-an ini menggunakan metode statistik dan model kuantitatif
untuk memperbaiki pengambilan keputusan di Ford.
Klasifikasi
Ada 6 macam
teori manajamen diantaranya:
- Aliran klasik: Aliran ini mendefinisikan manajemen sesuai dengan fungsi-fungsi manajemennya. Perhatian dan kemampuan manajemen dibutuhkan pada penerapan fungsi-fungsi tersebut.
- Aliran perilaku: Aliran ini sering disebut juga aliran manajemen hubungan manusia. Aliran ini memusatkan kajiannya pada aspek manusia dan perlunya manajemen memahami manusia.
- Aliran manajemen Ilmiah: aliran ini menggunakan matematika dan ilmu statistika untuk mengembangkan teorinya. Menurut aliran ini, pendekatan kuantitatif merupakan sarana utama dan sangat berguna untuk menjelaskan masalah manajemen.
- Aliran analisis sistem: Aliran ini memfokuskan pemikiran pada masalah yang berhubungan dengan bidang lain untuk mengembangkan teorinya.
- Aliran manajemen berdasarkan hasil: Aliran manajemen berdasarkan hasil diperkenalkan pertama kali oleh Peter Drucker pada awal 1950-an. Aliran ini memfokuskan pada pemikiran hasil-hasil yang dicapai bukannya pada interaksi kegiatan karyawan.
- Aliran manajemen mutu: Aliran manajemen mutu memfokuskan pemikiran pada usaha-usaha untuk mencapai kepuasan pelanggan atau konsumen.
Fungsi manajemen
Fungsi
manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam
proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan
kegiatan untuk mencapai tujuan.[butuh rujukan]
Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis
bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20.[butuh rujukan]
Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir,
memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi
tersebut telah diringkas menjadi tiga[butuh rujukan],
yaitu:
- Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.
- Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, dan pada tingkatan mana keputusan harus diambil.
- Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha.
Sarana manajemen
Man dan machine, dua sarana
manajemen.
Untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan alat-alat sarana (tools).
Tools merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai hasil yang ditetapkan.
Tools tersebut dikenal dengan 6M, yaitu men, money, materials, machines,
method, dan markets.[butuh rujukan]
Man merujuk pada sumber daya manusia
yang dimiliki oleh organisasi. Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia
yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai
tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia
adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya
orang-orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan.
Money atau Uang merupakan salah satu
unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur
nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar
dalam perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat (tools)
yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan
secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus
disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan
harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi.
Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw
material) dan bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih
baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan
bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidaki
dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.
Machine atau Mesin
digunakan untuk memberi kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar
serta menciptakan efesiensi kerja.
Metode adalah suatu tata cara kerja yang
memperlancar jalannya pekerjaan manajer. Sebuah metode daat dinyatakan sebagai
penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai
pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan
penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode
baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai
pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan utama
dalam manajemen tetap manusianya sendiri.
Market atau pasar adalah tempat di mana
organisasi menyebarluaskan (memasarkan) produknya. Memasarkan produk sudah
barang tentu sangat penting sebab bila barang yang diproduksi tidak laku, maka
proses produksi barang akan berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan
berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar
dalam arti menyebarkan hasil produksi merupakan
faktor menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas dan
harga barang harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli (kemampuan)
konsumen.
Prinsip manajemen
Artikel
utama untuk bagian ini adalah: Prinsip manajemen
Prinsip-prinsip
dalam manajemen bersifat lentur dalam arti bahwa perlu dipertimbangkan sesuai
dengan kondisi-kondisi khusus dan situasi-situasi yang berubah. Menurut Henry Fayol, seorang pencetus teori manajemen
yang berasal dari Perancis, prinsip-prinsip umum manajemen ini terdiri dari:[13]
- Pembagian kerja (division of work)
- Wewenang dan tanggung jawab (authority and responsibility)
- Disiplin (discipline)
- Kesatuan perintah (unity of command)
- Kesatuan pengarahan (unity of direction)
- Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri (subordination of individual interests to the general interests)
- Pembayaran upah yang adil (renumeration)
- Pemusatan (centralisation)
- Hirarki (hierarchy)
- Tata tertib (order)
- Keadilan (equity)
- Stabilitas kondisi karyawan (stability of tenure of personnel)
- Inisiatif (Inisiative)
- Semangat kesatuan (esprits de corps)
Manajer
Manajer
adalah seseorang yang bekerja melalui orang lain dengan mengoordinasikan
kegiatan-kegiatan mereka guna mencapai sasaran organisasi.[butuh rujukan]
Tingkatan manajer
Piramida
jumlah karyawan pada organisasi dengan struktur tradisional, berdasarkan
tingkatannya.
Pada
organisasi berstruktur tradisional, manajer sering dikelompokan menjadi manajer
puncak, manajer tingkat menengah, dan manajer lini pertama (biasanya
digambarkan dengan bentuk piramida, di mana jumlah karyawan lebih besar di
bagian bawah daripada di puncak).
Manejemen
lini pertama (first-line management), dikenal pula dengan istilah
manajemen operasional, merupakan manajemen tingkatan paling rendah yang
bertugas memimpin dan mengawasi karyawan non-manajerial yang terlibat dalam
proses produksi. Mereka sering disebut penyelia (supervisor), manajer shift,
manajer area, manajer kantor, manajer departemen, atau mandor (foreman).
Manajemen tingkat
menengah (middle management) mencakup semua manajemen yang berada di
antara manajer lini pertama dan manajemen puncak dan bertugas sebagai
penghubung antara keduanya. Jabatan yang termasuk manajer menengah di antaranya
kepala bagian, pemimpin proyek, manajer pabrik, atau manajer divisi.
Manajemen
puncak (top management), dikenal pula dengan istilah executive
officer, bertugas merencanakan kegiatan dan strategi perusahaan secara umum
dan mengarahkan jalannya perusahaan. Contoh top manajemen adalah CEO (Chief
Executive Officer), CIO (Chief Information Officer), dan CFO (Chief
Financial Officer).
Meskipun
demikian, tidak semua organisasi dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan
menggunakan bentuk piramida tradisional ini. Misalnya pada organisasi yang lebih
fleksibel dan sederhana, dengan pekerjaan yang dilakukan oleh tim karyawan yang
selalu berubah, berpindah dari satu proyek ke proyek lainnya sesuai dengan
permintaan pekerjaan.
Peran manajer
Henry Mintzberg, seorang ahli riset ilmu
manajemen, mengemukakan bahwa ada sepuluh peran yang dimainkan oleh manajer di
tempat kerjanya. Ia kemudian mengelompokan kesepuluh peran itu ke dalam tiga
kelompok[14]. yang pertama adalah peran antar
pribadi, yaitu melibatkan orang dan kewajiban lain, yang bersifat seremonial
dan simbolis. Peran ini meliputi peran sebagai figur untuk anak buah, pemimpin,
dan penghubung. Yang kedua adalah peran informasional, meliputi peran manajer
sebagai pemantau dan penyebar informasi, serta peran sebagai juru bicara. Yang
ketiga adalah peran pengambilan keputusan, meliputi peran sebagai seorang
wirausahawan, pemecah masalah, pembagi sumber daya, dan perunding.
Mintzberg
kemudian menyimpulkan bahwa secara garis besar, aktivitas yang dilakukan oleh
manajer adalah berinteraksi dengan orang lain.[14]
Keterampilan manajer
Gambar ini
menunjukan keterampilan yang dibutuhkan manajer pada setiap tingkatannya.
Robert
L. Katz pada tahun 1970-an mengemukakan bahwa
setiap manajer membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar.[15] Ketiga keterampilan tersebut adalah:
- Keterampilan konseptual (conceptional
skill)
Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan atau planning. Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga meruipakan keterampilan untuk membuat rencana kerja. - Keterampilan berhubungan dengan
orang lain (humanity skill)
Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas, menengah, maupun bawah. - Keterampilan teknis (technical
skill)
Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain.
Selain tiga
keterampilan dasar di atas, Ricky W. Griffin
menambahkan dua keterampilan dasar yang perlu dimiliki manajer, yaitu:[2]
- Keterampilan manajemen waktu
Merupakan keterampilan yang merujuk pada kemampuan seorang manajer untuk menggunakan waktu yang dimilikinya secara bijaksana. Griffin mengajukan contoh kasus Lew Frankfort dari Coach. Pada tahun 2004, sebagai manajer, Frankfort digaji $2.000.000 per tahun. Jika diasumsikan bahwa ia bekerja selama 50 jam per minggu dengan waktu cuti 2 minggu, maka gaji Frankfort setiap jamnya adalah $800 per jam—sekitar $13 per menit. Dari sana dapat kita lihat bahwa setiap menit yang terbuang akan sangat merugikan perusahaan. Kebanyakan manajer, tentu saja, memiliki gaji yang jauh lebih kecil dari Frankfort. Namun, waktu yang mereka miliki tetap merupakan aset berharga, dan menyianyiakannya berarti membuang-buang uang dan mengurangi produktivitas perusahaan. - Keterampilan membuat keputusan
Merupakan kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan menentukan cara terbaik dalam memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan adalah yang paling utama bagi seorang manajer, terutama bagi kelompok manajer atas (top manager). Griffin mengajukan tiga langkah dalam pembuatan keputusan. Pertama, seorang manajer harus mendefinisikan masalah dan mencari berbagai alternatif yang dapat diambil untuk menyelesaikannya. Kedua, manajer harus mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan memilih sebuah alternatif yang dianggap paling baik. Dan terakhir, manajer harus mengimplementasikan alternatif yang telah ia pilih serta mengawasi dan mengevaluasinya agar tetap berada di jalur yang benar.
Etika manajerial
Artikel
utama untuk bagian ini adalah: Etika manajerial
Etika
manajerial adalah standar prilaku yang memandu manajer dalam pekerjaan mereka.
Ada tiga kategori klasifikasi menurut Ricky W. Griffin:[2]
- Perilaku terhadap karyawan
- Perilaku terhadap organisasi
- Perilaku terhadap agen ekonomi lainnya